Saturday, June 27, 2015



Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam puasa Ramadhan, diantaranya adalah :
  1. Puasa mengembangkan kecerdasan emosional. Sesuai hakikat puasa adalah menahan diri dan menahan hawa nafsu, puasa mendidik manusia agar dapat melakukan pengendalian diri (self control) dan pengaturan diri (self regulation). Emosi memiliki kecenderungan yang bersifat negatif. Menurut Sigmund Freud, hawa nafsu (id) manusia lebih mengedepankan prinsip keinginan semata untuk mencapai kesenangan. karena manusia tidak dapat mengendalikan diri baik emosi maupun nafsu, tidak sedikit manusia yang sebelumnya terhormat kemudian terjatuh karena ketidaksanggupan mengendalikan diri. Orang yang seperti digambarkan dalam Al-Qur'an tergolong derajat yang paling rendah. "Kemudian kami kembalikan manusia dalam keadaan yang serendah-rendahnya. (QS. At-Tin: 5 ). Kecerdasan emosi juga meliputi rasa empati, motivasi diri (self motivation) dan kecakapan sosial, bergaul dan berinteraksi dengan orang lain (social skill). Ketika seseorang sedang berpuasa sama-sama merasakan haus dahaga, lapar sebagamana dirasakan oleh orang-orang yang tidak punya atau orang miskin. 
  2. Puasa mendidik kejujuran, Orang yangs edang berpuasa atas dasar imanan wahtishaban, ia tidak akan makan dan minum serta melakukan hal-hal yang membatalkan puasa betapapun tidak ada orang yang tahu dan tidak ada orang yang melihat kecuali dirinya dan Allah SWT. Dalam puasa sendiri, mendidik manusia agar menjadi orang yang jujur. Seseorang itu apakah sedang berpuasa atau tidak, yang mengetahui hanyalah dirinya sendiri dan Allah SWT. Sehingga digambarkan puasa hanya untuk Allah SWT, maka Allah SWT sendiri yang akan memberikan pahalanya. Tentunya sejatinya kejujuran orang yang berpuasa terus dipelihara sepanjang kehidupan sehari-hari.
  3. Puasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknology. Pada bulan puasa ramadhan terdapat peristiwa turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Qur'an), Al-Qur'an surat Al-Alaq : 1-5 sebagai ayat yang pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW menjadi bukti agar manusia mau belajar. Perintah belajar, yang terkandung dalam kalimah Iqra' (bacalah) mengandung makna yang sangat mendalam. Melalui membaca, manusia akan memperkaya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak suka sholat menjadi suka senang menjalankan sholat. Puasa meningkatkan amal ibadah. Allah SWT menjanjikan bahwa pada bulan ramadhan, amal ibadah seseorang akan dilipatgandakan. Siapa yang tidak mau.. Ibarat patokan orang dagang, sedikit modalnya, tetapi untungnya besar. Mengerjakan sholat sunnah pada bulan ramadhan dihitung sama dengan sholat fardlu. Orang yang memberikan makan berbuka untuk orang yang berpuasa, pahalanya sama dengan orang yang berpuasa.
  4. Puasa mendidik kesetaraan. Dalam ibadah puasa, Islam memandang manusia memiliki kesamaan derajat. Mereka yang memiliki banyak harta, status sosial yang tinggi, memiliki dollar, atau yang mempunyai sedikit rupiah, atau bahkan orang yang tidak memiliki sepeserpun ketika sedang berpuasa, tetap merasakan hal yang sama yaitu : lapar dan haus. Puasa ramadhan memberikan pendidikan pada kaum muslimin tentang sikap egaliter, kesetaraan dan tidak diskriminatif berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Jika sholat mampu diwajibkan bagi insan muslim, haji dapat mengikis perbedaan status sosial dan derajat umat manusia diwajibkan bagi yang mampu, maka puasa adalah kefakiran total insan bertaqwa yang bertujuan mengetuk sensitivitas manusia dengan metode amaliah (praktis), bahwanya kehidupan yang benar berada di balik kehidupan itu sendiri.
  5. Puasa mendidik sikap disiplin. Puasa adalah ibadah paling rahasia di mata manusia yang bisa menumbuhkan sikap disiplin diri, merasa diawasi (muraqabah) oleh Allah SWT. Sikap ini tidak akan memunculkan perasaan ada pengawasan diri sendiri dan saat mengawasi itu kita pun sadar bahwa kita sedang diawasi oleh Dzat Yang Maha Mengetahui segalanya. Kita sadar bahwa sedang disorot oleh "kamera" Illahi yang sangat tajam, kita akan menghindarkan diri dari bujuk rayu setan dan hawa nafsu. Pendidikan disiplin dalam berpuasa meliputi disiplin menunaikan kewajiban dan melaksanakan perintah sebagaimana perintah Allah SWT untuk berpuasa seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 183 (kutiba 'alaikumusshiyam). Bagi orang berpuasa karena sakit atau sedang dalam perjalanan dibolehkan berbuka akan tetapi wajib menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari yang lain dan bagi yang tidak kuat berpuasa diwajibkan membayar fidyah dengan memberi makan orang miskin. Disiplin dalam waktu yakni disunatkan menyegerakan berbuka ketika telah tiba waktu berbuka berpuasa, disiplin fisik dan hukum yakni mematuhi untu tidak makan, minum dan berhubungan suami istri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
  6. Puasa mendidik sabar, betapapun kita merasa haus mencekik tenggorokan dan lapar melilit perut, ketika waktu maghrib belum tiba, kita tidak diperbolehkan bersentuhan dengan makan dan minuman meskipun itu halal melainkan kita harus bersabar menunggu hingga waktu berbuka tiba.
Sebagai umat yang beriman, kehadiran bulan Ramadhan disambut dengan perasaan bahagia penuh suka cita sebagai bulan yang penuh berkah, bulan Al-Qur'an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, dan bulan pembebasan dari api neraka serta disebut pula dengan bulan pendidikan (syahru al-tarbiyah) bagi manusia.

Dimaknai sebagai bulan pendidikan sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqaroh ayat 183 :

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa".

Dari ayat tersebut diatas, bahawa puasa Ramadhan merupakan usaha yang diniati secara sengaja untuk melakukan perubahan perilaku dari manusia beriman menjadi manusia yang bertaqwa. Nilai yang sangat mendasar dari ibadah puasa adalah meraih taqwa, taqwa merupakan suatu kesadaran pada diri seseorang yang senantiasa menghadirkan Allah SWT, kapanpun dan dimanapun berada.

Allah SWT, menghadirkan Ramadhan sebagai madrasah bagi kaum beriman untuk memusatkan dirinya mengisi ulang (recharge) keimanan dan taqwa sebagai sarana pembangunan karakter yang menjadi pusat kendali arah bagi pembangunan fisik dan sumber daya manusia muslim.
Menurut Ali Abdul Wahid Wafi dalam Sukron Maksum (2009), terdapat korelasi antara puasa dengan ketaqwaan, korelasi tersebut dapat dilihat dari empat dimensi, pertama puasa menuntut orang yang menjalankannya untuk menahan diri dari hasrat-hasrat biologis kebutuhan vital tubuh demi mengimplementasikan perintah Allah SWT dan mendekatkan diri padaNya. Tuntutan ini hanya bisa dipenuhi dengan peran ketaqwaan, rasa takut dan ketaatan kepada Allah SWT. Kedua, puasa tercermin dalam hal-hal negatif yang hanya diketahui Allah SWT, tidak terlihat orang lain. Dengan demikian, orang yang berpuasa ini benar-benar tulus demi mencari ridho Allah SWT tanpa dikotori noda-nodanya. Ketiga, orang yang sedang berpuasa, ia menahan diri dari makan dan minum sehingga sehingga dapat menurunkan kekuatan tubuh sekaligus melemahkan pengaruh kekuatan ini pada seorang hamba. Ketika kekuatan dan pengaruh kekuatan ini melemah dalam diri seseorang maka nafsunya juga ikut melemah dan jiwanya bersih, maka ketaqwaannya meningkat dan jauh dari perbuatan-perbuatan maksiat yang datang dari tubuh dan hawa nafsu. Keempat, puasa melatih keinginan untuk menguasai hasrat dan hawa nafsu sehingga seseorang mendaoatkan kekuatan kekebalan terhadap hasrat dan hawa nafsu ini pada saat tidak sedang berpuasa. Disaat seseorang berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, peranan puasa tersebut sama dengan peranan plasma darah (serum) dalam melindungi tubuh. Sebagaimana halnya plasma yang bekerja memberikan daya tahan pada tubuh yang membuatnya mampu melawan jenis-jenis kuman tertentu, maka puasa pun memberikan kekuatan (kekebalan) pada jiwa yang membuatnya mampu melawan hawa nafsunya.

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Video

Our Facebook Page